Kisah Raja dan Monster Amarah

16.17

Kisah Raja dan Monster Amarah

Seorang Raja
Di sebuah negeri, pada zaman dahulu kala, sesosok siluman masuk ke istana ketika raja sedang pergi. Siluman itu sangat buruk rupa, baunya sangat tak sedap, dan apa pun yang dia katakan begitu menjijikan sampai-sampai para pengawal dan pekerja istana terpaku dalam kengerian.

Karena itu, si siluman seenaknya saja melenggang masuk, menuju aula pertemuan kerajaan, dan duduk di singgasana raja. Melihat siluman itu dengan kurang ajarnya duduk di singgasana raja, para pengawal dan pekerja lainnya menjadi tersadar dari keterpakuan mereka.

"Keluar dari sini!" bentak mereka.
"Kamu tidak boleh duduk di situ! Jika kamu tidak angkat pantatmu dari singgasana itu sekarang juga, kami akan tebas kamu dengan pedang!"

Karena mendapat sedikit kata-kata amarah ini, siluman itu membesar beberapa inci, tampangnya bertambah jelek, tambah bau, dan omongannya makin jorok saja.

Pedang-pedang dihunus, golok dikeluarkan dari sarungnya, ancaman telah dinyatakan. Di setiap perkataan atau perbuatan yang dipenuhi oleh amarah, bahkan di setiap pikiran marah pun, siluman itu menjadi tambah besar, tambah buruk, tambah bau, dan tambah kotor makiannya.

Pertempuran sudah berlangsung beberapa saat ketika san raja tiba. Dia melihat ada siluman raksasa yang sedang duduk di atas singgasananya. Dia belum pernah melihat sesuatu yang jeleknya minta ampun seperti itu, bahkan tidak di bioskop sekalipun. Bau busuk yang ditebar siluman itu bahkan bisa membuat belatung jatuh sakit. Dan sumpah-serapahnya bahkan lebih parah daripada yang pernah Anda dengar di bar-bar terkumuh pada malam minggu yang penuh pemabuk.

Sang raja adalah seorang yang bijaksana. Makanya dia jadi raja, dia tahu apa yang harus dilakukan.
"Selamat datang," sapa sang raja dengan hangat.
"Selamat datang di istana saya. Sudahkah seseorang menyuguhkan minuman untuk Anda? Atau makanan?"

Karena sedikit ungkapan yang lembut itu, tubuh si siluman mengecil beberapa inci, keburukannya berkurang, baunya berkurang, dan kekasarannya berkurang.

Para penghuni istana cepat tanggap dengan maksud sang raja. Seseorang lalu bertanya kepada siluman itu apakah dia mau secangkir teh.
"Kami punya Darjeeling, English Breakfast, atau Earl Gray. Atau barangkali Anda lebih suka Peppermint? Itu bagus untuk kesehatan Anda, lho."
Yang lainnya menelepon untuk memesan pizza, family size, untuk siluman sebesar itu. Sementara yang lainnya membuatkan sandwich. Seorang prajurit memijat kaki si siluman, dan yang lain memijati lehernya.
"Mmmm... enak sekali." pikir si siluman.

Karena setiap perkataan, perbuatan, dan pikiran yang baik itu, tubuh si siluman sudah menyusut ke ukuran semula ketika pertama kali dia datang dan duduk di singgasana raja. Tetapi para penghuni istana tak berhenti berbuat baik. Segera saja siluman itu menjadi begitu kecilnya sampai sulit dilihat lagi. Lalu, setelah satu lagi perbuatan baik dilakukan, dia benar-benar lenyap tak berbekas.

Kita menyebut monster seperti itu sebagai "Monster Amarah"



Suatu kali pasangan Anda dapat menjadi "Monster Amarah". Marahlah kepada mereka, dan mereka akan bertambah parah (tambah jelek, tambah bau, tambah galak kata-katanya). Masalah yang ada menjadi bertambah besar setiap kali Anda marah kepada mereka, meskipun cuma di dalam pikiran saja.

Barangkali sekarang Anda bisa menyadari kesalahan Anda dan tahu harus berbuat apa.

You Might Also Like

2 komentar

:) :D :( :-o @@, :s :wow: 8) :x :P :| ;) :lol: :oops: :cry: :evil: :twisted: :roll: :!: :?: :idea: :arrow: :mrgreen: :-d