Kisah Ayah, Anak dan Burung Gagak

01.21

Kisah Ayah, Anak dan Burung Gagak

Burung Gagak

Pada suatu sore, seorang ayah bersama anaknya yang baru saja menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menunjuk ke arah gagak sambil bertanya,
"Nak, benda apakah itu?"
"Burung gagak." jawab si anak.

Si ayah mengangguk-angguk, namun beberapa saat kemudian mengulangi lagi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit keras.
"Itu burung gagak Ayah!"

Tetapi sejenak kemudian si ayah bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak marah dengan pertanyaan yang sama dan diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih keras,
"BURUNG GAGAK!!!"

Si ayah terdiam seketika. Namun tidak kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama sehingga membuat si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang ogah-ogahan,
"Gagak ayah........."

Tetapi kembali mengejutkan si anak, beberapa saat kemudian si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk menanyakan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar kehilangan kesabaran dan menjadi marah.

"Ayah!!! Saya tidak tahu Ayah mengerti atau tidak. Tapi sudah 5 kali Ayah menanyakan pertanyaan tersebut dan saya sudah memberikan jawabannya. Apakah yang Ayah ingin saya katakan???? Itu burung gagak, burung gagak Ayah...." kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Si ayah kemudian bangkit menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang terheran-heran. Tidak lama kemudian si ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih marah dan bertanya-tanya. Ternyata benda tersebut adalah sebuah diari lama.

"Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam buku diari itu," pinta si ayah.
Si anak taat dan membaca bagian yang berikut......
"Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, "Ayah, Apakah itu?". Dan aku menjawab, "Burung gagak" "

"Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya pertanyaan yang sama dan aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sampai 25 kali anakku bertanya demikian, dan semi rasa cinta dan sayang aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap bahwa hal tersebut menjadi suatu pendidikan yang berharga."

Setelah selesai membaca bagian tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara,
"Hari ini Ayah baru menanyakan kepadamu pertanyaan yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah"

You Might Also Like

0 komentar

:) :D :( :-o @@, :s :wow: 8) :x :P :| ;) :lol: :oops: :cry: :evil: :twisted: :roll: :!: :?: :idea: :arrow: :mrgreen: :-d